Gambar Vektor dan Bitmap

on Kamis, 08 Juli 2010

Gambar vektor

Gambar vektor merupakan gambar digital yang berbasiskan persamaan matematis. Gambar Vektor terdiri dari penggabungan koordinat-koordinat titik menjadi garis atau kurva untuk kemudian menjadi sebuah objek, sehingga gambar tidak menjadi pecah walaupun diperbesar atau diperkecil. Gambar vektor umumnya memiliki ukuran yang lebih kecil bila dibandingkan dengan gambar bitmap. Beberapa format gambar vektor di antaranya: SVG, EPS, dan CDR .,

Piksel

Piksel adalah unsur gambar atau representasi sebuah titik terkecil dalam sebuah gambar grafis yang dihitung per inci.
Piksel sendiri berasal dari akronim bahasa Inggris Picture Element yang disingkat menjadi Pixel. Pada ujung tertinggi skala resolusi, mesin cetak gambar berwarna dapat menghasilkan hasil cetak yang memiliki lebih dari 2.500 titik per inci denga pilihan 16 juta warna lebih untuk setiap inci, dalam istilah komputer berarti gambar seluas satu inci persegi yang bisa ditampilkan pada tingkat resolusi tersebut sepadan dengan 150 juta bit informasi.
Monitor atau layar datar yang sering kita temui terdiri dari ribuan piksel yang terbagi dalam baris-baris dan kolom-kolom. Jumlah piksel yang terdapat dalam sebuah monitor dapat kita ketahui dari resolusinya. Resolusi maksimum yang disediakan oleh monitor adalah 1024x768, maka jumlah pixel yang ada dalam layar monitor tersebut adalah 786432 piksel. Semakin tinggi jumlah piksel yang tersedia dalam monitor, semakin tajam gambar yang mampu ditampilkan oleh monitor tersebut.
Megapixel (Megapiksel) terdiri berasal dari gabungan kata "mega" yang menunjukkan satuan juta, dan pixel yang bermaksud titik elemen gambar (English = Picture Element). Jadi singkatnya megapixel berarti sejuta titik elemen gambar.
Suatu gambar digital dibentuk oleh ribuan titik tersebut. Makin tinggi jumlahnya, maka makin tinggi juga resolusi gambarnya. Jumlah megapiksel ini biasanya digunakan untuk menunjukkan kualitas gambar.
Resolusi gambar mendeskripsikan tentang banyaknya detil gambar yang tersimpan. Resolusi gambar bisa juga digunakan untuk mendefinisikan tentang gambar digital, video, maupun yang lainnya.
Resolusi gambar dapat diukur dengan berbagai macam cara. Pada dasarnya, resolusi mengukur seberapa dekatnya suatu garis dapat dibedakan dengan yang lainnya.
Resolusi dapat dinyatakan dalam berbagai macam ukuran, seperti baris per milimeter dan garis per tinggi gambar, atau yang lebih dikenal hanya dengan garis.

Resolusi dari gambar digital
Resolusi sering digunakan sebagai jumlah pixel dalam pencitraan gambar digital, walaupun standard Amerika, Jepang, serta internasional jelas melarang penggunaan hal ini, setidaknya untuk bidang kamera digital. Sebuah gambar dengan tinggi sejumlah N pixel dan lebar M pixel, dapat memiliki resolusi garis yang kurang dari itu. Namun, jika jumlah pixel digunakan sebagai pengukur resolusi, metode yang digunakan adalah mengambil dua buah bilangan bulat yang menunjukkan berapa pixel tinggi gambar tersebut dan berapa pixel lebarnya, kemudian mengalikan angka ini, dan membaginya dengan satu juta untuk mendapatkan angka megapixel
Dibawah ini adalah ilustrasi untuk menjelaskan bagaimana jumlah pixel mempengaruhi kualitas gambar dengan ukuran yang sama.

Resolusi spasial mengukur seberapa dekat suatu garis dapat ditampilkan dengan baik dan dapat dibedakan dengan garis yang lainnya. Resolusi ini sangat dipengaruhi dari sistem yang menghasilkan citra atau gambar tersebut. Untuk memperjelas, ambil contoh dua buah gambar, gambar pertama memiliki jumlah pixel sebanyak 640 dengan 480, atau 0,3 megapixel, dengan resolusi spasial sebanyak 100 garis. Gambar kedua memiliki jumlah pixel sebanyak 1280 dengan 960, atau 1,3 megapixel, dengan resolusi spasial sebanyak 72 garis. Dari hasil pengamatan, jelas terlihat bahwa gambar pertama memiliki kualitas gambar yang lebih halus, jernih, dan mengandung lebih banyak detil dibandingkan dengan gambar kedua. Hal ini membuktikan bahwa kualitas gambar tidak hanya diukur oleh jumlah pixel, namun juga dengan resolusi spasial.
kur•va n 1 garis lengkung; 2 grafik yg menggambarkan variabel (msl yg memperlihatkan perkembangan) yg dipengaruhi oleh keadaan; 3 garis yg terdiri atas persambungan titik-titik;
-- aljabar pernyataan grafis dr suatu persamaan aljabar; -- belajar Dik kurva yg menggambarkan perkembangan kemajuan belajar, baik disebabkan oleh proses kemajuan dl belajar maupun disebabkan oleh pelatihan; -- bonjean Lay kurva yg menunjukkan besar atau luasnya penampang lintang badan kapal pd beberapa tempat sepanjang kapal pd segala keadaan syarat kapal; -- ketercurian kurva yg menunjukkan hubungan antara perolehan pd berat jenis tertentu; -- laktasi kurva reproduksi air susu; -- lurus Mat kurva yg merupakan garis lurus; -- normal kurva yg berbentuk genta (dl statistik); -- pendinginan Fis kurva yg menggambarkan proses pendinginan; grafik dr temperatur thd waktu; -- sekat Fis kurva yg melukiskan kemungkinan partikel berberat jenis tertentu masuk ke dl produk buangan pd suatu pencucian; -- signoid Stat kurva yg berbentuk S; -- tahanan Lay kurva yg menunjukkan hubungan antara tahanan dan kecepatan sebuah kapal; -- taksederhana Mat kurva yg mempunyai titik potong; -- taktertutup Mat kurva yg ujung pangkalnya tidak mempunyai titik potong; -- tertutup Mat kurva yg bukan merupakan garis lurus; -- toleransi gula Kim kurva yg menunjukkan kemampuan tubuh untuk menggunakan gula atau glukosa.



Gambar bitmap


Ketika gambar bitmap RGB smiley pada kiri atas diperbesar, tampak setiap kotak mewakili sebuah piksel.

PERBAIKAN NILAI BTQ SMAN 5 GARUT

on Senin, 21 Juni 2010


BAGI SISWA YANG TIDAK MEMPEROLEH NILAI:

1. Hafalan Surat al-'Adiyat >> Membuat Makalah Ilmu Tajwid
2. Hafalan Surat al-Bayinah >> Membuat Makalah Ilmu Tajwid, filenya dicopy pada CD
3. Ulangan Harian >> Membuat Makalah Ilmu Tajwid, filenya dicopy pada CD
4. Hafalan Surat al-'Adiyat dan al-Bayinah >> Membuat Makalah Ilmu Tajwid, filenya dicopy pada CD  dan menyerahkan 1 buah mushaf al-Qur'an
5. Hafalan Surat al-'Adiyat dan al-Bayinah dan Ulangan >> Membuat Makalah Ilmu Tajwid, filenya dicopy pada CD dan menyerahkan 1 buah mushaf al-Qur'an dan terjemahnya

contoh Sistematika Makalah:
Judul
Pendahuluan
Daftar Isi
BAB I ............
BAB II ............
BAB III .........
BAB IV ..........
BAB V .........
dst...
Daftar Pustaka

Dunia Sebuah Illusi Tujuan Akhir Kehidupan

on Kamis, 10 Juni 2010


Banyak manusia yang menyangka bahwa dunia merupakan tempat yang final dan menentukan. Menang di dunia dianggapnya sebagai suatu perkara yang mesti dan harus. Sebab jika tidak menang di dunia lalu mau menang di mana lagi? Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia merupakan suatu kehinaan yang bagaimanapun caranya harus dihindari. Sebab menurutnya mana mungkin seseorang masih bisa mengangkat kepalanya bila ia harus hidup di dunia dengan status sebagai pecundang. Itulah anggapan yang begitu terpateri di benak fikiran setiap orang yang menjadi hamba dunia.

Ketika sahabat Rib’iy bin Amer radhiyallahu ’anhu ditugaskan untuk bernegosiasi dengan panglima militer Persia, Rustum, ia menjelaskan misi diutusnya ummat Islam oleh Allah subhaanahu wa ta’aala ke muka bumi. Salah satu misi tersebut dijelaskan olehnya sebagai berikut:

ابتعثنا الله لنخرج الناس من ضيق الدنيا إلى سعت الدنيا و الآخرة

”Kami (ummat Islam) diutus Allah ta’aala ke muka bumi untuk mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju lapangnya dunia dan akhirat.”

Inilah salah satu misi utama ajaran Islam. Melahirkan manusia beriman yang keyakinan dan penghayatannya akan negeri akhirat sedemikian kuatnya sehingga mereka tidak pernah terkurung di dalam keterbatasan dunia yang sempit. Orang beriman selalu hidup dengan hati yang lapang sebab mereka tidak mudah terseret oleh tipuan kesenangan (maupun kesengsaraan) dunia yang fana.

Seberapa nikmatnya kesenangan dunia, maka bagi seorang mu’min tidak bisa menandingi apalagi melebihi kebahagiaan hakiki di surga akhirat kelak. Demikian pula, sedahsyat apapun kesengsaraan di dunia, maka bagi orang beriman hal itu tidak bisa menandingi apalagi melebihi penderitaan sejati di neraka akhirat kelak nanti.

Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat begitu banyak manusia yang menyangka bahwa dunia sedemikian hakikinya sehingga mereka rela melakukan dan mengorbankan apapun hanya untuk meraih kesenangan fana dunia. Begitu pula mereka akan rela berbuat dan meyerahkan apapun demi terbebaskan dari penderitaan sementara dunia ini. Dan itu semua dilakukan dengan mempertaruhkan kemungkinan meraih kesenangan hakiki surga akhirat dan dengan kemungkinan malah berujung di kesengsaraan sejati neraka akhirat.

Tidak banyak manusia yang rela bersabar kehilangan surga dunia demi meraih surga akhirat. Tidak banyak orang yang rela menghadapi neraka dunia demi terbebaskan dari neraka akhirat. Hal ini cuma menunjukkan betapa tidak sabarnya manusia. Dan hal ini juga menunjukkan betapa mudahnya manusia terjebak dengan hal-hal yang zahir dari kehidupan dunia ini dan mereka tidak cukup tajam penglihatannya untuk mamandang hal-hal ghaib dari kehidupan akhirat.


يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)

Para ahlud-dunya atau pencinta dunia memang merupakan kaum materialis. Mereka hanya sibuk tenggelam dalam hal-hal yang material semata. Mereka tidak pernah mau tahu dengan hal-hal yang bersifat ”behind the material”. Sebab mereka tidak sanggup menjangkaunya. Dan ketidak-sanggupan itu disebabkan oleh tidak hadirnya al-iman di dalam dadanya.

Orang beriman tentunya ingin berhasil juga di dunia. Tetapi doanya dan harapannya kepada Allah ta’aala tidak pernah berhenti hanya pada hal-hal sebatas dunia. Mereka selalu mengharapkan akhirat bersamaan dengan harapannya akan dunia.


وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

”Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a, "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."” (QS Al-Baqarah ayat 201)

Singkat kata, seorang mu’min adalah manusia yang lebih memilih menderita di dunia asal senang di akhirat. Sedangkan seorang kafir atau munafik lebih memilih sukses di dunia walau harus berakibat masuk neraka di akhirat kelak. Seorang mu’min berprinsip: ”Lebih baik susah sekarang asal senang belakangan.” Sedangkan seorang kafir atau munafik berprinsip: ”Yang penting kita harus senang selagi bisa. Soal neraka, yah, belum tentu juga benar-benar ada.”



Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengingatkan kita ummat Islam agar jangan hendaknya tertipu oleh dunia. Hendaknya selalu sadar bahwa hakikat senang dan susah adalah di akhirat bukan di dunia. Senang di dunia tidak perlu membuat kita lupa. Susah di dunia tidak perlu membuat kita berputus asa.

Itulah sebabnya Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menyampaikan suatu hadits yang menggambarkan salah satu episode di hari pengadilan kelak nanti. Penggambaran yang menjelaskan betapa kesenangan surga sejenak cukup membuat orang yang paling menderita sewaktu di dunia lupa samasekali akan penderitaannya. Sedangkan kesengsaraan neraka walau sekejap cukup untuk menjadikan orang yang paling nikmat sewaktu hidup di dunia tidak ingat lagi akan semua kesenangannya.


حَدَّثَنَا عَمْرٌو النَّاقِدُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيمٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ يَا ابْنَ آدَمَ هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ فَيَقُولُ لَا وَاللَّهِ يَا رَبِّ مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ قَطُّ
وَلَا رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ

“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)

KH. Mansur

Kenduri Arwah, Tahlilan, Yasinan dan Selamatan

on Minggu, 06 Juni 2010

Fatwa Imam Syafi’i tentang Kenduri Arwah, Tahlilan, Yasinan dan Selamatan

Majlis kenduri arwah lebih dikenali dengan berkumpul beramai-ramai dengan hidangan jamuan (makanan) di rumah si Mati. Kebiasaannya diadakan pada hari kematian, dihari kedua, ketiga, ketujuh, keempat puluh, keseratus, setahun dan lebih dari itu bagi mereka yang fanatik kepada kepercayaan ini atau kepada si Mati. Malangnya mereka yang mengerjakan perbuatan ini tidak menyadari bahwa terdapat banyak fatwa-fatwa dari Imam Syafie rahimahullah dan para ulama besar dari kalangan yang bermazhab Syafie telah mengharamkan dan membid’ahkan perbuatan atau amalan yang menjadi tajuk perbincangan dalam tulisan ini.
Di dalam kitab ( اعان ة الط البین ) juz 2. hlm. 146, tercatat pengharaman Imam Syafie rahimahullah tentang perkara yang disebutkan di atas sebagaimana ketegasan beliau dalam fatwanya:
وَیَكْرَهُ اتِّخَاذُ الطَّعَامِ فِى الْیَوْمِ اْلاَوَّلِ وَالثَّالِث وَبَعْدَ اْلاُسْبُوْعِ وَنَقْلُ الطَّعَامِ اِلَى الْقُبُوْرِ
“Dan dilarang (ditegah/makruh) menyediakan makanan pada hari pertama kematian, hari ketiga dan seterusnnya sesudah seminggu. Dilarang juga membawa makanan ke kuburan”.
Imam Syafie dan jumhur ulama-ulama besar ( ائم ة العلم اء الش افع یة ) yang berpegang
kepada mazhab Syafie, dengan berlandaskan kepada hadis-hadis sahih, mereka memfatwakan bahwa yang sewajarnya menyediakan makanan untuk keluarga si Mati adalah jiran, kerabat si Mati atau orang yang datang menziarahi mayat, bukan keluarga (ahli si Mati) sebagaimana fatwa Imam Syafie:
وَاُحِبُّ لِجِیْرَانِ الْمَیِّتِ اَوْذِيْ قَرَابَتِھِ اَنْ یَعْمَلُوْا لاَھْلِ الْمَیِّتِ فِىْ یَوْمِ یَمُوْتُ وَلَیْلَتِھِ طَعَامًا مَا
یُشْبِعُھُمْ وَاِنَّ ذَلِكَ سُنَّةٌ.
“Aku suka kalau jiran si Mati atau saudara mara si Mati menyediakan makanan untuk keluarga si Mati pada hari kematian dan malamnya sehingga mengenyangkan mereka. Sesungguhnya itulah amalan yang sunnah”.
Fatwa Imam Syafie di atas ini adalah berdasarkan hadis sahih:
قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنِ جَعْفَرَ : لَمَّا جَاءَ نَعْيُ جَعْفَرِ حِیْنَ قُتِلَ قَ الَ النَّبِ ي صَ لَّى اللهُ عَلَیْ ھِ وَسَ لَّمَ :
اِصْنَعُوْا لآلِ جَعْفَرِ طَعَامًا فَقَدْ اَتَاھُمْ مَایُشْغِلُھُمْ . (حسنھ الترمزى وصححھ الحاكم)
“Abdullah bin Ja’far berkata: Ketika tersebar tentang berita terbunuhnya Ja’far, Nabi sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda: Hendaklah kamu menyediakan makanan untuk keluarga Ja’far, mereka telah ditimpa keadaan yang menyebukkan (kesusahan)”. [1]
Menurut fatwa Imam Syafie, adalah haram mengadakan kenduri arwah dengan menikmati hidangan di rumah si Mati, terutama jika si Mati termasuk keluarga yang miskin, menanggung beban hutang, meninggalkan anak-anak yatim yang masih kecil dan waris si
Mati mempunyai tanggungan perbelanjaan yang besar dan ramai. Tentunya tidak dipertikaikan bahawa makan harta anak-anak yatim hukumnya haram. Telah dinyatakan
juga di dalam kitab ( اعانة الطالبین ) jld. 2. hlm. 146:
وَقَالَ اَیْضًأ : وَیَكْ رَهُ الضِّ یَافَةُ مِ نَ الطَّعَ امِ مِ نْ اَھْ لِ الْمَیِّ تِ لاَنَّ ھُ شَ رَعَ فِ ى السُّ رُوْرِ وَھِ يَ
بِدْعَةٌ
“Imam Syafie berkata lagi: Dibenci bertamu dengan persiapan makanan yang disediakan oleh ahli si Mati karena ia adalah sesuatu yang keji dan ia adalah bid’ah”.
Seterusnya di dalam kitab ( اعان ة الط البین ) juz. 2. hlm. 146 – 147, Imam Syafie rahimahullah berfatwa lagi:
وِمِنَ الْبِدَعِ الْمُنْكَرَةِ الْمَكْرُوْهِ فَعْلُھُ مَا یَفْعَلُ النَّاسُ مِنَ الْوَحْشَةِ وَالْجَمْعِ وَاْلاَرْبِعِیْنَ بَ لْ كَ لُّ
ذَلِكَ حَرَامٌ
1 H/R Asy-Syafie (I/317), Abu Dawud, Tirmizi, Ibnu Majah dan Ahmad I/205. Dihasankan oleh at-Turmizi dan di sahihkan oleh al-Hakim.
“Dan antara bid’ah yang mungkar ialah kebiasaan orang yang melahirkan rasa kesedihannya sambil berkumpul beramai-ramai melalui upacara (kenduri arwah) dihari keempat puluh (empat pulu harinya) pada hal semuanya ini adalah haram”.
Ini bermakna mengadakan kenduri arwah (termasuk tahlilan dan yasinan beramai-ramai) di hari pertama kematian, di hari ketiga, di hari ketujuh, di hari keempat puluh, di hari keseratus, setelah setahun kematian dan di hari-hari seterusnya sebagaimana yang diamalkan oleh masyarakat Islam sekarang adalah perbuatan haram dan bid’ah menurut fatwa Imam Syafie. Oleh itu, mereka yang mendakwa bermazhab Syafie sewajarnya menghentikan perbuatan yang haram dan bid’ah ini sebagai tanda kepatuhan pada wasiat imam yang agung ini.
Seterusnya terdapat dalam kitab yang sama ( اعانة الط البین ) juz 2. hlm. 145-146, Mufti
yang bermazhab Syafie al-Allamah Ahmad Zaini bin Dahlan rahimahullah menukil fatwa
Imam Syafie yang menghukum bid’ah dan mengharamkan kenduri arwah:
وَلاَ شَكَّ اَنَّ مَنْعَ النَّاسِ مِنْ ھَذِهِ الْبِدْعَةِ الْمُنْكَ رَةِ فِیْ ھِ اِحْیَ اءٌ لِلسُّ نَّة وَاِمَاتَ ةٌ لِلْبِدْعَ ةِ وَفَ تْحٌ
لِكَثِیْرٍ مِنْ اَبْوَابِ الْخَیْرِ وَغَلْقٌ لِكَثِیْرٍ مِنْ اَبْ وَابِ الشَّ رِّ ، فَ اِنَّ النَّ اسَ یَتَكَلَّفُ وْن تَكَلُّفً ا كَثِیْ رًا
یُؤَدِّيْ اِلَى اَنْ یَكُوْنَ ذَلِكَ الصُّنْعُ مُحَرَّمًا .
“Dan tidak boleh diragukan lagi bahwa melarang (mencegah) manusia dari perbuatan bid’ah yang mungkar demi untuk menghidupkan sunnah dan mematikan (menghapuskan) bid’ah, membuka banyak pintu-pintu kebaikan dan menutup pintu pintu keburukan dan (kalau dibiarkan bid’ah berterusan) orang-orang (awam) akan
terperngkap (kepada kejahatan) sehingga memaksa diri mereka melakukan perkara yang haram”.
Kenduri arwah atau lebih dikenali dewasa ini sebagai majlis tahlilan, selamatan atau yasinan, ia dilakukan juga di perkuburan terutama di hari khaul ( خ ول ). Amalan ini termasuk perbuatan yang amat dibenci, dicegah, diharamkan dan dibid’ahkan oleh Imam Syafie rahimahullah sebagaimana yang telah ditegaskan oleh beliau:
مَا یَفْعَلُھُ النَّاسُ مِنَ اْلاِجْتَمَاعِ عِنْدَ اَھْلِ الْمَیِّتِ وَصُنْعِ الطَّعَامِ مِنَ الْبِدَعِ الْمُنْكَرَةِ
“Apa yang diamalkan oleh manusia dengan berkumpul di rumah keluarga si mati dan menyediakan makanan adalah termasuk perbuatan bid’ah yang mungkar”.[2]
Di dalam kitab fikh ( حاش یة القلی وبي ) juz. 1 hlm. 353 atau di kitab ( – قلی وبى – عمی رة
حاش یتان ) juz. 1 hlm. 414 dapat dinukil ketegasan Imam ar-Ramli rahimahullah yang mana beliau berkata:
2 Lihat: اعانة الطالبین juz 2 hlm. 145.
قَالَ شَیْخُنَا الرَّمْلِى : وَمِنَ الْبِدَعِ الْمُنْكَرَةِ الْمَكْرُوْهِ فِعْلُھَا كَمَا فِى الرَّوْضَةِ مَا یَفْعَلُھُ النَّاسُ
مِمَّا یُسَمَّى الْكِفَارَةَ وَمِنْ صُنْعِ طَعَامِ للاِجْتَمَاعِ عَلَیْھِ قَبْلَ الْمَوْتِ اَوْبَعِ دَهُ وَمِ ن ال ذَّبْحِ عَلَ ى
الْقُبُوْرِ ، بَلْ كُلُّ ذَلِكَ حَرَامٌ اِنْ كَانَ مِ نْ مَ الٍ مَحْجُ وْرٍ وَلَ وْ مِ نَ التَّركَ ةِ ، اَوْ مِ نْ مَ الِ مَیِّ تٍ
عَلَیْھِ دَیْنٌ وَتَرَتَّبَ عَلَیْھِ ضَرَرٌ اَوْ نَحْوُ ذَلِكَ.
“Telah berkata Syeikh kita ar-Ramli: Antara perbuatan bid’ah yang mungkar jika dikerjakan ialah sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab “Ar-Raudah” yaitu mengerjakan amalan yang disebut “kaffarah” secara menghidangkan makanan agar dapat berkumpul di rumah si Mati sebelum atau sesudah kematian, termasuk (bid’ah yang mungkar) penyembelihan untuk si Mati, malah yang demikian itu semuanya haram terutama jika sekiranya dari harta yang masih dipersengketakan walau sudah ditinggalkan oleh si Mati atau harta yang masih dalam hutang (belum dilunasi) atau seumpamanya”.
Di dalam kitab ( الفقھ على المذاھب الاربعة ) jld.1 hlm. 539, ada dijelaskan bahawa:
وَمِنَ الْبِدَعِ الْمَكْرُوْھَ ةِ مَ ا یَفْعَ لُ الآن مِ نْ ذَبْ حِ ال ذَّبَائِحَ عِنْ دَ خُ رُوْجِ الْمَیِّ ت اَوْ عِنْ دَ الْقَبْ رِ
وَاِعْدَادِ الطَّعَامِ مِمَّنْ یَجْتَمِعُ لِتَّعْزِیَةِ .
“Termasuk bid’ah yang dibenci ialah apa yang menjadi amalan orang sekarang, yaitu menyembelih beberapa sembelihan ketika si Mati telah keluar dari rumah (telah dikebumikan). Ada yang melakukan sehingga kekuburan atau menyediakan makanan kepada sesiapa yang datang berkumpul untuk takziyah”.
Kenduri arwah pada hakikatnya lebih merupakan tradisi dan kepercayaan untuk mengirim pahala bacaan fatihah atau menghadiahkan pahala melalui pembacaan al-Quran terutamanya surah yasin, zikir dan berdoa beramai-ramai yang ditujukan kepada arwah si
Mati. Mungkin persoalan ini dianggap isu yang remeh, perkara furu’, masalah cabang atau
ranting oleh sebahagian masyarakat awam dan dilebih-lebihkan oleh kalangan mubtadi’ مبت دع ) ) “pembuat atau aktivis bid’ah” sehingga amalan ini tidak mau dipersoalkam oleh
pengamalnya tentang haram dan cegahannya dari Imam Syafie rahimahullah dan para ulama yang bermazhab Syafie.
Pada hakikatnya, amalan mengirim atau menghadiahkan pahala bacaan seperti yang dinyatakan di atas adalah persoalan besar yang melibatkan akidah dan ibadah. Wajib diketahui oleh setiap orang yang beriman bahwa masalah akidah dan ibadah tidak boleh
dilakukan secara suka-suka (tanpa ada hujjah atau dalil dari Kitab Allah dan Sunnah RasulNya), tidak boleh berpandukan pada anggapan yang disangka baik lantaran ramainya
masyarakat yang melakukannya, karena Allah Subhanahu wa-Ta’ala telah memberi amaran (perintah)
yang tegas kepada mereka yang suka bertaqlid (meniru) perbuatan orang ramai yang tidak
ada dalil atau suruhannya dari syara sebagaimana firmanNya:
وَاِنْ تُطِ ع اَكْثَ رَ مَ ن فِ ى اْلاَرْضِ یُضِ لُّوْكَ عَ ن سَ بِیْلِ اللهِ اِنْ یَّتَّبِعُ وْن اِلاَّ الظَّ نَّ وَاِنْ ھُ مْ اِلاَّ
یَخْرُصُوْنَ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan (majoriti) orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan diri kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS. Al-An’am, 6:116)
Begitu juga sesuatu amalan yang disangkakan ibadah yang dianggap wajib atau sunnah, maka ia tidak boleh ditentukan oleh akal atau hawa nafsu, antara amalan tersebut
ialah amalan kenduri arwah (tahlilan atau yasinan) maka lantaran ramainya orang yang mengamalkan dan adanya unsur-unsur agama dalam amalan tersebut seperti bacaan al- Quran, zikir, doa dan sebagainya, maka karenanya dengan mudah diangkat dan dikategorikan sebagai ibadah. Sedangkan kita hanya dihalalkan mengikuti dan mengamalkan apa yang benar-benar telah disyariatkan oleh al-Quran dan as-Sunnah jika ia dianggap sebagai ibadah sebagaimana firman Allah Azza wa-Jalla:
ثُمَّ جَعَلْنَ اك عَلَ ى شَ رِیْعَةٍ مِ نَ اْلاَمْ رِ فَاتَّبِعْھَ ا وَلاَ تَتَّبِ عْ اَھْ وَاء الَّ ذِیْنَ لاَ یَعْلَمُ وْنَ . اَنَّھُ مْ لَ نْ
یُّغْنُوْا عَنْكَ مِنَ اللهِ شَیْئًا
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan yang wajib ditaati) dalam urusan (agamamu) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (orang jahil). Sesungguhnya mereka sekali-kali tidak akan dapat menolak diri kamu sedikitpun dari siksaan Allah”. (QS. Al-Jatsiyah, 45:18-19)
Setiap amalan yang dianggap ibadah jika hanya berpandukan kepada perkiraan akal fikiran, perasaan, keinginan hawa nafsu atau ramainya orang yang melakukan tanpa dirujuk terlebih dahulu kepada al-Quran, as-Sunnah dan atsar yang sahih untuk dinilai haram atau halal, sunnah atau bid’ah, maka perbuatan tersebut adalah suatu kesalahan (haram dan bid’ah) menurut syara sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat di atas dan difatwakan oleh Imam Syafie rahimahullah. Memandang polemik dan persoalan kenduri arwah kerapkali ditimbulkan dan ditanyakan kepada penulis, maka ia perlu ditangani dan diselesaikan secara syarii (menurut hukum dari al-Quran dan as-Sunnah) serta fatwa para ulama Ahli Sunnah wal-Jamaah dari kalangan Salaf as-Soleh yang muktabar.
Dalam membincangkan isu ini pula, maka penulis tumpukan kepada kalangan para ulama
dari mazhab Syafie karena mereka yang bermazhab Syafie menyangka bahwa amalan kenduri arwah, tahlilan, yasinan atau amalan mengirim pahala adalah diajarkan oleh Imam Syafie dan para ulama yang berpegang dengan mazhab Syafie.
Tulisan ini dibuat bukan untuk mencemooh mereka yang terbiasa dengan masalah tahlilan, yasinan dan sejenisnya atau mengangap diri paling benar. Kebenaran yang hakiki haruslah bertumpu pada al-Qur'an dan as-Sunah yang sohih. Mari kita koreksi kesalahan diri kita bersama-sama dengan merujuk pada pedoman baku, arruju ilallah warosulih......

Disarikan dari http://www.percikaniman.org dengan perubahan bahasa seperlunya.

NIKMATNYA BERTAUBAT

Saudaraku yang tercinta,
Sejak diciptakan oleh Allah, manusia selalu berada di atas sebuah titian perjalanan.
Dunia bukanlah negeri untuk ditinggali selamanya. Akan tetapi ia adalah tempat persinggahan dan sekedar untuk lewat saja …
Perjalanan ini tidak akan pernah berakhir kecuali setelah kita menghadap Allah. Barangsiapa yang berlaku baik di dalam perjalanannya niscaya akan diberi balasan dengan kenikmatan abadi di surga… Dan barangsiapa yang berlaku jelek di dalam perjalanannya niscaya akan dibalas dengan siksa yang pedih di dalam Jahannam.
Oleh sebab itu, orang yang berbahagia adalah yang selalu bersiap-siap untuk menempuh perjalanan ini dan membekali dirinya untuk itu. Dia pun mempersiapkan bekal ketakwaan dan amal shalihnya. Sedangkan orang yang celaka ialah orang-orang yang menyia-nyiakan umurnya di dalam kelalaian dan kemaksiatan. Sehingga kedatangannya tatkala menghadap Tuhannya ia divonis sebagaimana para pendurhaka, pelaku dosa dan kesalahan.
Sementara itu, di dalam perjalanannya menuju Allah seorang hamba pastilah akan mengalami sesuatu yang tidak terpuji, baik berupa ucapan maupun perbuatan; sebab manusia bukanlah makhluk yang ma’shum (terjaga dari salah dan dosa). Dia tidak pernah lepas dari sifat lupa dan lalai. Dan karena kemaksiatan-kemaksiatan merupakan sebab timbulnya murka Allah terhadap hamba dan pemicu ditimpakannya hukuman atasnya maka Allah ‘azza wa jalla tidaklah menelantarkan hamba-hamba-Nya menjadi tawanan maksiat. Allah tidak membiarkan mereka terjebak dalam kebingungan dan kekalutan. Akan tetapi Allah melimpahkan nikmat yang sangat agung kepada mereka. Allah karuniakan kepada mereka sebuah anugerah yang sangat besar. Yaitu dengan dibukakan-Nya pintu taubat dan inabah bagi mereka. Kalau seandainya Allah tidak memberikan taufik kepada hamba-hamba-Nya untuk bertaubat dan tidak memberikan nikmat diterimanya taubat itu pastilah hamba akan terjebak dalam sebuah kondisi sempit yang amat menyusahkan. Sehingga merekapun diliputi rasa putus asa dari mendapatkan ampunan. Dan harapan mereka untuk bisa mencari kedekatan dengan Tuhannya pun menipis dan terputuslah keinginan mereka untuk bisa meraih ampunan, kelapangan dan kelonggaran.
Allah Maha pengampun, Maha penerima taubat dan Maha penyayang
Allah menyifati diri-Nya di dalam Al Qur’an bahwa Dia Maha pengampun lagi Maha penyayang hampir mendekati 100 kali. Allah berjanji mengaruniakan nikmat taubat kepada hamba-hamba-Nya di dalam sekian banyak ayat yang mulia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah menginginkan untuk menerima taubat kalian, sedangkan orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya ingin agar kalian menyimpang dengan sejauh-jauhnya” (QS. An Nisaa’ [4] : 27)
Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Dan seandainya bukan karena keutamaan dari Allah kepada kalian dan kasih sayang-Nya (niscaya kalian akan binasa). Dan sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha bijaksana” (QS. An Nuur [24] : 10). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Tuhanmu sangat luas ampunannya” (QS. An Najm [53] : 32). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Rahmat-Ku amat luas meliputi segala sesuatu” (QS. Al A’raaf [7] : 156)
Oleh karenanya, saudaraku yang tercinta
Pintu taubat ada di hadapanmu terbuka lebar, ia menanti kedatanganmu…
Jalan kaum yang bertaubat telah dihamparkan, …
Ia merindukan pijakan kakimu…
Maka ketuklah pintunya dan tempuhlah jalannya. Mintalah taufik dan pertolongan kepada Tuhanmu…
Bersungguh-sungguhlah dalam menaklukkan hawa nafsumu, paksalah ia untuk tunduk dan taat kepada Tuhannya. Dan apabila engkau telah benar-benar bertaubat kepada Tuhanmu kemudian sesudah itu engkau terjatuh lagi di dalam maksiat -sehingga memupus taubatmu yang terdahulu- janganlah malu untuk memperbaharui taubatmu untuk kesekian kalinya. Selama maksiat itu masih berulang padamu maka teruslah bertaubat.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Karena sesungguhnya Dia Maha mengampuni kesalahan hamba-hamba yang benar-benar bertaubat kepada-Nya” (QS. Al Israa’ [17] : 25). Allah ta’ala juga berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa, sesungguhnya Dialah Dzat Yang Maha pengampun lagi Maha penyayang. Maka kembalilah kepada Tuhanmu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datangnya azab kemudian kalian tidak dapat lagi mendapatkan pertolongan” (QS. Az Zumar [39] : 53-54)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kalian berbuat dosa sehingga tumpukan dosa itu setinggi langit kemudian kalian benar-benar bertaubat, niscaya Allah akan menerima taubat kalian” (Shahih Ibnu Majah)
Maka dimanakah orang-orang yang bertaubat dan menyesali dosanya?
Dimanakah orang-orang yang kembali taat dan merasa takut siksa?
Dimanakah orang-orang yang ruku’ dan sujud?
Kewajiban bertaubat
Hakikat taubat adalah meninggalkan segala yang dibenci Allah lahir maupun batin menuju segala hal yang dicintai-Nya lahir maupun batin. Asal makna taubat adalah kembali. Barangsiapa yang kembali insaf setelah terjerumus dalam berbagai penyimpangan karena merasa malu kepada Allah dan takut terhadap azab-Nya maka dialah orang yang disebut sebagai taa’ib (pelaku taubat)
Hukum taubat fardhu ‘ain atas setiap muslim berdasarkan Al Kitab, As Sunnah dan Ijma’.
Adapun dalil dari Al Kitab, ini didasarkan oleh firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang beriman, supaya kalian mendapatkan keberuntungan” (QS. An Nuur [24] : 31) Begitu pula firman Allah ta’ala, “Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya” (QS. At Tahriim [66] : 8)
Di dalam kedua ayat ini terdapat perintah yang sangat tegas untuk bertaubat kepada semua kaum beriman. Hal ini menunjukkan wajibnya melakukan taubat. Dan ia juga sekaligus menunjukkan bahwa taubat itu tidak khusus berlaku bagi para pelaku maksiat dan kesalahan saja; karena Allah ta’ala memerintahkannya kepada seluruh kaum beriman.
Dalil lain yang juga menunjukkan atas kewajiban bertaubat ialah firman Allah ta’ala (yang artinya), “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat maka mereka itulah orang-orang yang berbuat zalim” (QS. Al Hujuraat [49] : 11). Di dalam ayat ini Allah membagi hamba-hamba-Nya ke dalam dua kelompok : yang bertaubat dan yang zalim. Dan karena kezaliman itu diharamkan maka sebaliknya bartaubatpun menjadi sebuah kewajiban.
Adapun dalil dari As Sunnah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan untuk bertaubat. Beliau bersabda, “Wahai manusia, bertaubatlah kepada Allah. Karena sesungguhnya aku sendiri bertaubat kepada Allah dalam sehari 100 kali” (HR. Muslim)
Sedangkan dalil ijma’ ialah sebagaimana telah diutarakan oleh Ibnu Qudamah, “Telah terjadi ijma’ atas wajibnya bertaubat” (Mukhtashar Minhaajul Qaashidiin). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Setiap hamba harus bertaubat, Taubat itu merupakan kewajiban orang yang hidup terdahulu maupun belakangan” (Majmuu’ul Fataawa). Al Qurthubi mengatakan, “Dan tidak ada perselisihan diantara umat ini tentang wajibnya bertaubat, dan bahwasanya ia termasuk kewajiban setiap individu” (Al Jaami’ li Ahkaamil Qur’an)
Saudaraku yang tercinta,
Salah satu bukti kasih sayang Allah ta’ala kepadamu yaitu Dia menjadikan taubat itu sebagai sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan, … agar Dia memaafkan kamu dan supaya dosa-dosamu diampuni-Nya, dan Allah pun akan menghapuskan kesalahan-kesalahanmu. Allah ‘azza wa jalla tidak sedikitpun membutuhkan apa-apa dari kita, baik yang berupa ketaatan maupun amal-amal kita. Hal ini sebagaimana difirmankan Allah ta’ala (yang artinya), “Tidaklah akan sampai kepada Allah daging-daging sembelihan itu, tidak juga darah-darahnya akan tetapi yang dinilai oleh Allah adalah ketakwaan kalian” (QS. Al Hajj [22] : 37)
Maka bersegeralah wahai saudaraku, bertaubatlah dengan sungguh-sungguh. Perbaharuilah taubat setiap hari dan setiap waktu. Karena sesungguhnya seseorang yang bertaubat dari dosa-dosanya dan benar-benar menyesalinya tidaklah terhitung sebagai orang yang terus menerus berkubang dalam dosa, meskipun dalam sehari dia telah melakukannya lebih dari 70 kali!!
Bertaubatlah sekarang juga
Saudaraku yang tercinta, taubat itu wajib dilakukan dengan segera. Artinya tidak boleh mengakhirkan dan menunda-nundanya. Karena hal itu tergolong dosa baru yang membutuhkan taubat lagi. Tidakkah orang yang menunda-nunda taubat ini menyadari ketika dia berkata, “Besok saya akan bertaubat” bahwa besok belum tentu dia masih hidup.
Bahkan lebih dari itu, dia pun tidak tahu apakah saat itu dia masih sanggup bisa berdiri dari tempatnya. Karena kematian terkadang datang secara tiba-tiba, tanpa ada sebab-sebab maupun tanda-tanda yang tampak. Betapa banyak kita lihat orang-orang yang mengalami kematian secara tiba-tiba akibat terkena serangan jantung secara mendadak, kecelakaan yang tiba-tiba atau karena sebab-sebab lain yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan tidak ada satu jiwapun yang mengetahui secara pasti apa yang akan dilakukannya besok hari, dan tidak ada satu jiwapun yang mengetahui di bumi manakah dia akan mati” (QS. Luqman [31] : 34)
Allah memerintahkan agar kita bersegera dalam meraih sebab-sebab yang bisa mendatangkan ampunan, sedangkan taubat termasuk diantaranya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan bersegeralah kalian untuk menggapai ampunan dari Tuhan kalian serta surga yang lebarnya selebar langit dan bumi” (QS. Ali ‘Imran [3] : 133). Allah berfirman (yang artinya), “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah [2] : 148). Allah ‘azza wa jalla juga berfirman, “Dan orang-orang yang apabila melakukan kekejian atau kezaliman terhadap diri sendiri mereka lantas mengingat Allah dan memohon ampunan atas dosa-dosa mereka. Dan siapakah yang bisa memberikan ampunan terhadap dosa selain Allah. Dan mereka juga tidak terus menerus berkubang dalam kesalahan sedang mereka mengetahuinya” (QS. Ali Imran [3] : 135).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Celakalah orang yang terus menerus dalam dosa yang dilakukannya sementara dia menyadarinya” (HR. Ahmad dan dinilai shahih Al Albani)
Oleh karenanya, wahai saudaraku yang tercinta!
Bertaubatlah sekarang juga, sebelum kezaliman itu semakin bertumpuk-tumpuk menjejali hatimu sehingga engkaupun menjadi tidak sanggup lagi membendung derasnya perbuatan maksiat.
Bertaubatlah sekarang, sebelum sakit atau kematian menimpamu sehingga tidak bisa lagi kau dapatkan kesempatan emas untuk bertaubat.
Bertaubatlah sekarang, sebelum malaikat maut datang kepadamu lantas kaupun menyesalinya, “Wahai Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia” maka Allah pun menjawab, “Sekali-kali tidak”.
Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dari buku mungil berjudul ‘Ayyuhalmuqashshir mata tatubu?’
Sumber : http://abu0mushlih.wordpress.com

SOAL-SOAL TIK

KUMPULAN SOAL TIK KELAS X-XII
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang
paling tepat !
1. Untuk menuliskan angka 2 dalam CO2
digunakan ....
A. Superscript
B. Subscript
C. Small Caps
D. Shadow
E. Strike through
2. Custom Animation Ms. Power Point
terdapat di menu ....
A. View
B. Insert
C. Slide Show
D. Tools
E. Animation
3. Jenis View dalam Ms. Power Point
yang digunakan untuk menampilkan
beberapa slide dalam satu tampilan
adalah ....
A. Normal View
B. Web View
C. Collection View
D. Slide Sorter
E. Slide Show
4. Dalam pengetikan sebuah paragraf,
huruf pertamanya dapat memakai font
lebih dari satu baris, disebut ....
A. numbering
B. bullet
C. shading
D. paragraph
E. drop cap
5. Shortcut Keys untuk copy adalah ....
A. Ctrl + C
B. Ctlr + X
C. Ctrl + O
D. Ctrl + Z
E. Ctrl + V
6. Microsoft Word dapat menghasilkan
cetakan seperti yang dilihat di layar,
dengan istilah ....
A. wysiwyg
B. print preview
C. printer
D. print
E. user friendly
7. Komponen database yang digunakan
untuk memasukkan data adalah ....
A. Table
B. Form
C. Query
D. Macro
E. Report
8. Tag HTML yang digunakan untuk
membuat garis secara horizontal adalah
....
A.

B.
C.

D.


E.
9. Data type pada Ms. Access yang
digunakan khusus untuk menampilkan
type mata uang adalah ....
A. Number
B. Currency
C. Text
D. OLE Object
E. Money
10. Ekstensi yang digunakan pada
Ms.Excel adalah ....
A. *.cdr
B. *.xls
C. *.ppt
D. *.exl
E. *.pwt
11. Secara default, dalam lembar kerja
Ms. Excel akan menampilkan ….
A. 1 sheet
B. 2 sheet
C. 3 sheet
D. 4 sheet
E. 5 sheet
12. Jumlah total baris dalam Ms. Excel
....
A. 65535
B. 65536
C. 65636
D. 66535
E. 66636
13. Shaping dalam Corel Draw terdapat
di menu ....
A. Edit
B. Insert
C. View
D. Layout
E. Arrange
14. Perintah masukan/input dalam
bahasa Pascal dapat digunakan ....
A. write, writeln
B. read, readln
C. gotoxy
D. uses crt
E. clrscr
15. Fungsi dalam Ms. Excel yang
digunakan untuk membaca tabel secara
horisontal adalah ....
A. HLOOKUP
B. VLOOKUP
C. VLOOK
D. HLOOK
E. LOOKUP
16. Strukur dari IF-THEN adalah ....
A. IF statemen kondisi
B. IF kondisi THEN statemen
C. IF statemen THEN kondisi
D. IF kondisi THEN kondisi
E. IF statemen THEN statemen
17. Alt + F dalam Ms. Word digunakan
untuk ....
A. Masuk menu Edit
B. Find
C. Masuk menu File
D. Replace
E. Masuk menu Format
18. Hasil dari 22 DIV 5 adalah ....
A. 5
B. 4
C. 3
D. 2
E. 4.6
19. Tag ....
digunakan untuk ....
A. Menebalkan text
B. Memiringkan text
C. Mencoret text
D. Menghapus text
E. Menggeser text
20. Memberikan efek cetakan miring
setelah naskah diblok adalah ....
A. Ctrl + B
B. Ctrl + I
C. Ctlr + U
D. Ctrl + V
E. Ctrl + F

Wilujeng Sumping

on Minggu, 25 April 2010

Sadaya puji kagungan Allah nu Maha Welas Asih. Sholawat miwah salam mugia salanggengna dicurahkeun ka jungjunan urang kanjeng nabi Muhammad SAW, kulawarga kalih shahabatna. Abdi nyaksi yen teu aya pangeran nu wajib diibadahan anging Allah sareng Muhammad teh hamba sareng utusan Mantenna. Simkuring ngahaturkeun nuhun ka sadaya kadang wargi nu tos kersa rurumpaheun ka blog simkuring. Pangapunten teu tiasa nyugemakeun kalayan sampurna. Mangga saaya-aya nyanggakeun nu diperyogikeun mah teu kenging asa-asa. Baktosna Adhoif indalloh, Jajang Nurjaman

Artikel